Padang Oh Padang (3)

Selain itu, saya juga penasaran dengan teh telor bertingkat, kalau dalam bahasa Padang-nya "teh talua balenggek'. Minuman ini sudah memasyarakat di ranah Minang sejak ratusan tahun lalu, namun belum dipatenkan sebagai minuman khas Sumatra Barat. Rasanya sih, sama saja dengan teh telur kebanyakan, namun yang membedakan adalah layer dalam gelasnya, yakni terdapat 4 layer dalam satu gelas. Pembuatannya juga sederhana, biasanya berbahan dasar kuning telur bebek atau ayam negri (ayam kampung) yang dikocok hingga mengambang kemudian diseduh dengan teh. Namun, disini sama menemukan keunikan lagi, jika bisanya teh telur menggunakan sendok sebagai pengaduknya, maka kali ini menggunakan kayu manis.
Teh Talua Balenggek
Setelah mencicipi teh talua balenggek, akhirnya rasa lelahpun tiba. Duduk di alun-alun Jam Gadang adalah solusi terbaik. Dan tak lupa juga saya memotret sebuah hal yang paling saya sukai waktu kecil, yaitu Bendi. Bendi adalah kendaraan tradisional yang banyak digunakan pada masa lampau, dengan kuda sebagai penarik utamanya. Ya, kalau di tempat lain dikenal juga dengan nama Andong, Delman, atau Cidomo. Saya teringat akan moment masa kecil ketika saya sering diajak keliling kota sama orang tua.
Bendi
Dan malampun menghampiri, sayapun melanjutkan perjalanan ke kampung teman yang berada sekitar 45km dari Kota Bukittinggi, yaitu Batusangkar.
Sebenarnya ini tak terlalu direncanakan, tapi berhubung lagi ada acara syukuran keluarga, saya dan teman-teman menyempatkan untuk makan gratis. Iya, gratis. Nyahahahahhahaha *becanda, ding!

Batusangkar merupakan nama ibu kota dari Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat. Disini sangat banyak terdapat peninggalan-peninggalan nenek moyang orang Minangkabau seperti prasasti-prasasti. Dan juga terdapat sebuah Istana Pagaruyung, Istano Basa yang lebih terkenal dengan nama Istana Pagaruyung, adalah sebuah istana yang terletak di kecamatan Tanjung Emas, kota Batusangkar, kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat. Istana ini merupakan obyek wisata budaya yang terkenal di Sumatera Barat. (*keterangan lengkapnya disini Istano Basa dan Kerajaan Pagaruyung )

"Di Batusangkar ngapain? Kan cuma semalam..." Hmmm...

Gak ngapa-ngapain kok, cuma pesta duren doang. Yes, I Love Durian! Nyahahahaha.. Ceritanya malam Minggu di Batusangkar, kebetulan kampung halaman teman saya tidak terlalu jauh dari pasar, dan saya menyempatkan diri ke pasar bareng teman-teman. Dan gak taunya, durian di Batusangkar sedang musimnya. Sayapun tak melewatkan moment ini bersama teman-teman untuk menikmati durian ditemani sejuknya udara malam Batusangkar.

Oh, iya.. Sebelum balik lagi ke perantauan tak lupa juga saya mengunjungi Pasir Jambak, salah satu objek wisata yang terabaikan. :'(






Padang Oh Padang (2)

Selama di Padang, ada banyak lagi tempat yang saya kunjungi. Tepatnya, berjarak kira-kira 90km dari Kota Padang. Apa hayooooo? Yap! Bukittinggi.

Bukittinggi adalah tanah kelahiran orang tua saya, berhubung bulan Ramadhan, saya menggunakan moment ini untuk ber-silaturrahmi dengan keluarga dikampung. Jadi tema acaranya mengunjungi kampung saya dan kampung teman sepermainan dari kecil.

"Lalu? Di Bukittinggi kemana aja?"


Mmmm.., saya mengunjungi kebun binatang yang terdapat di Bukittinggi. "emang disana apa istimewanya?". Kebun binatangnya sama seperti kebun binatang di tempat-tempat lain dimana terdapat satwa yang dilindungi. Tapi, yang membedakan disana adalah terdapatnya sebuah benteng peninggalan Belanda yang dikenal dengan nama Benteng Fort De Kock.



Fort de Kock adalah benteng peninggalan Belanda yang berdiri di Kota Bukittinggi, Sumatera Barat, Indonesia. Benteng ini didirikan oleh Kapten Bouer pada tahun 1825 pada masa Baron Hendrik Merkus de Kock sewaktu menjadi komandan Der Troepen dan Wakil Gubernur Jenderal Hindia Belanda, karena itulah benteng ini terkenal dengan nama Benteng Fort De Kock. Benteng yang terletak di atas Bukit Jirek ini digunakan oleh Tentara Belanda sebagai kubu pertahanan dari gempuran rakyat Minangkabau terutama sejak meletusnya Perang Paderi pada tahun 1821-1837. Di sekitar benteng masih terdapat meriam-meriam kuno periode abad ke 19. (*keterangan lengkapnya ada disini Benteng Fot de Kock )

Untuk menuju ke benteng tersebut bisa lewat kebun binatang Bukittinggi, selain itu disana juga terdapat keunikan, yakni Jembatan Limpapeh. Jembatan Limpapeh adalah sebuah jembatan di atas jalan Ahmad Yani, Bukittinggi yang menghubungkan Taman Margasatwa dan Budaya Kinantan Bukittinggi dengan benteng Fort de Kock. Bentangan Jembatan Limpapeh ini memiliki panjang 90 meter dan lebar 3,8 meter. Dari atas Jembatan Limpapeh, kita dapat menyaksikan Gunung Merapi dari kejauhan.

Pemandangan Gunung Mreapi dari atas Jembatan Limpapeh
Oh, iya.. Kalau dari Kota Padang, sebelum sampai di Bukittinggi kita pastinya melewati Lembah Anai, Lembah Anai merupakan deretan tebing curam yang terletak di Padang Panjang, yang membentang di samping jalan utama antara Kota Padang dengan Bukittinggi di Indonesia. Salah satu keindahan Lembah Anai adalah air terjun yang terletak persis di pinggir jalan. Air terjun ini terletak di tepi jalan berhampiran dengan jambatan dan landasan kereta api lama yang tidak lagi digunakan.


Tidak hanya sampai disitu, saya juga menyempatkan diri mampir ke Jenjang Seribu, Janjang 1000 (tangga 1000) disebut demikian karena jumlah anak tangganya seribu anak tangga. Merupakan objek wisata yang masih alami, berliku-liku menelusuri celah-celah tebing. Jenjang 1000 ini digunakan oleh masyarakat setempat untuk mengambil air minum ke lembah Ngarai Sianok, disamping untuk berolah raga jalan kaki dengan latar belakang gunung Merapi dan Singgalang yang angun dan mempesona, dari Jenjang Seribu kita juga bisa menikmati Ngarai Sianok dari ketinggian.

Pemandangan Ngarai Sianok dari Jenjang Seribu

Pada waktu lebaran 2012 saya kesana, objek wisata ini sedikit terabaikan oleh Pemerintah. Tapi syukurlah, pada tanggal 28 Januari 2013, Jenjang 1000 kembali dipugar, seperti yang saya dengar kabar dari teman di Padang, Jenjang 1000 dibangun mirip tembok raksasa  di Cina. 


TERIMA KASIH PAK PEMERINTAH! 



Ceritanya dilanjuuuuuuuut.....? Huehehehehe

Padang Oh Padang (1)

Ceritanya merindukan kampung halaman setelah dua tahun gak pulang. Ternyata kangen juga, ya?
25 Juli 2012 lalu saya berangkat menuju Padang. Merindukan sebuah suasana hangat canda tawa teman sebaya serta rindu akan rumah tercinta. Eaaaaaa... *lebay-nya gueee
Sejujurnya, gue rindu  sama tanah kelahiran gueeeeee... dimulai dari mandi di Lubuk Minturun sampai menyempatkan diri menikmati Kawa Daun. Maknyooossss!

Pertama mengunjungi Lubuk Minturun, Lubuk Minturun adalah salah satu kelurahan di kecamatan Koto Tangah, Padang, Sumatera Barat, Indonesia. Dimana disana terdapat sebuah sungai berarus deras dan berair kebiruan. Tujuan kesana tak lain adalah bernostalgia bareng teman-teman semasa kecil, memancing ikan sembari menunggu waktu berbuka puasa. *dulunya semasa SD sering main kesini make sepeda..nyahahaha!

Kedua, mengunjungi dangau Kawa. Apa itu Kawa Daun? Kopi Daun Kawa  adalah sejenis minuman seduhan daun kopi (kahwa), hasil dari proses pengasapan daun kopi dengan cara tradisional, menghasilkan sensasi rasa dan aroma yang menggugah sekaligus mampu melepas dahaga. Dapat dihidangkan sesuai selera, dengan atau tanpa gula.
Kawa Daun
Beruntung sekali ada teman yang mengajak saya untuk jalan-jalan keliling tanah kelahiran. Berlakunya azas manfaat dan simbiosis mutualisme terlihat antara gue dan teman. Iya, dia minta ditemenin keliling karena alasan kerja yang notabene pekerjaannya benerin instalasi jaringan di tower-tower salah satu provider, sementara gue siap nemenin dengan alasan jalan-jalan gratis. Nyahahahaha! Sudah, lupakan saja dia..biarkan dia dengan pekerjaannya, mending kita cerita tempat yang gue singgahi aja, ya?

Perjalanan hari itu dimulai dari keberangkatan gue dari rumah setelah makan sahur menuju Kota Solok, yaitu salah satu kota yang terdapat di Sumatera Barat, yang letaknya cukup strategis. Horeeeee!
Di Solok ngapain? Jika ada pertanyaan seperti itu, gue dengan santai bakal menjawab, "Cuma nemenin temen benerin tower selama 3 jam!" Wow!

Setelah pekerjaan teman saya selesai, akhirnya untuk menebus kesuntukan saya, teman mengajak saya menuju Danau Singkarak. Danau Singkarak adalah sebuah danau yang membentang di dua kabupaten di provinsi Sumatera Barat, Indonesia, yaitu kabupaten Solok dan kabupaten Tanah Datar.
Danau ini memiliki luas 107,8 km² dan merupakan danau terluas ke-2 di pulau Sumatera. Danau ini merupakan hulu Batang Ombilin. Namun sebahagian air danau ini dialirkan melalui terowongan menembus Bukit Barisan ke Batang Anai untuk menggerakkan generator PLTA Singkarak di dekat Lubuk Alung, kabupaten Padang Pariaman.

Apa yang unik di Danau Singkarak? Sebenarnya tak ada yang terlalu unik, cuma ada satu yang membuat Danau Singkarak begitu dikenal, yaitu Ikan Bilih. Ikan bilih (Mystacoleucus padangensis) merupakan spesies ikan yang diperkirakan hanya hidup di danau ini, dan menjadi salah satu makanan khas. Penelitian para ahli mengungkapkan 19 spesies ikan perairan air tawar hidup di habitat Danau Singkarak, Kabupaten Solok dan Tanah Datar, Sumatera Barat (Sumbar), dengan ketersediaan bahan makanannya yang terbatas.
Danau Singkarak

Teeeeeeeetttt... Error. Hang. Ntar, nunggu mood duluuuuu... Huehehehehee