INJECTION/SISTEM INJEKSI




Injeksi, ini adik paling bungsunya karburator...pasti laaah udah pada sering denger kata "injeksi" (denger sih sering bang, tapi kaga tau maksudnya) hehehe.
kalo kata orang pinter, injeksi itu sistem pembakaran bahan bakar dengan cara penyemprotan bahan bakar ke ruang bakar melalui sensor (kalo karburator kan sistem pengabutan nya tergantung bukaan throttle valve/skep).
ini diagram sistem injeksi :















ini ada sedikit tambahan mengenai sensor dari diagram diatas (kali aja berguna hehehe)..

-. MAP (Manifold Absolute Pressure) fungsinya untuk mendeteksi tekanan udara yang masuk ke ventury
-. IAT (Intake Air Temperature) fungsinya untuk mendeteksi suhu udara yang masuk ke ventury
-. TP (Throttle Position) fungsinya untuk mengatur bukaan katup kupu (kalo di sistem pengabutan menggunakan karburator, ini fungsinya hampir sama dengan THROTTLE VALVE/ skep)
-. ECM (Engine Control Module) *ini CDI-nya mesin injeksi. komponen ini merupakan pengganti CDI pada motor injeksi.
yang fungsinya menerima data dari sensor injeksi yang akan dilanjutkan ke injektor

-. BAS (Bank Angle Sensor) *istilah ini yang make pabrikan HONDA, kalo pabrikan YAMAHA bilang nya LAS (Lean Angle Sensor *V-ixion)
yang fungsinya sebagai sensor sudut kemiringan dimana saat motor miring dikemiringan dari 5-45 derajat BAS memberikan sensor ke ECM yang akan mengurangi pasokan bahan bakar sehingga respon pada motor sedikit dikurangi (mati)
-. EOT (Engine Oil Temperature) fungsinya sebagai pengganti sistem chuck serta mendeteksi suhu mesin dan suhu oli.

Berikut ada info cara membaca lampu MIL HONDASUPRA 125i / WAVE PGM-FI(lampu merah di speedometer yang kedip pada saat awal penyalaan motor)
kode nomor----------------------komponen yang rusak
1---------------------------MAP
7----------------------------EOT
8------------------------------TP
9----------------------------IAT
1-2----------------------INJECTOR
3-3-----------------------------ECM
5-4------------------------------BAS








*Keterangannya : Kedipan ditandai dengan angka. Angka pertama (puluhan) kedipannya panjang, angka kedua (satuan) kedipannya pendek. Sebagai contoh, jika lampu MIL berkedip lama sebanyak 1kali, kemudian diikuti kedipan pendek 2kali, berarti angka 1-2 menunjukkan kerusakan pada INJECTOR

oke deh, segitu dulu infonya.semoga berguna dan ada manfaatnya bagi yang baca hehehhe *udah kaya ustadz saya ngomongnya

Penyetelan Platina

Oke...Daripada bingung mau nulis apa, mending saya berbagi ilmu aja..ya ngga? Melenceng dikit gapapa laaah... Lagian ilmu yang barokah itu adalah ilmu yang bermanfaat bagi orang lain (ga tau apa bermanfaat atau kaga ini hehehehe). Kali ini saya berbagi cara tentang penyetelan platina. Emang sih, teknologi ini udah boleh dibilang kadaluarsa tapi tidak ada salahnya kita bahas? hahahha 
Dan untuk ukuran di Indonesia sendiri juga masih banyak motor yang masih make platina (C-70, CB 100, A100, dan VESPA.)
"tak kenal maka tak sayang" 
Siapa tau salah satu dari kita makai motor yang platina, tapi taunya cuma makai doang.. Giliran udah batuk-batuk, pada ngomel.. Nah, biasanya itu motor batuk bisa jadi gara2 timing pengapian platinanya kurang tepat tuh..dari pada bawa ke bangkel, mending coba sendiri aja..(tapi kalo duit banyak mah kaga masalah sih bawa ke bengkel hahahhaha)
ni dia nih....  
Platina

1. penyetelan GAP platina (celah kontak platina)
berfungsi untuk mendapatkan celah ideal pada saat kontak platina membuka penuh, yaitu pada saat tumit platina bertemu dengan puncak cam.
celah ideal pada kontak platina adalah 0,3-0,4 mm
caranya :
-. putar magnet searah putaran mesin.
-. pada saat platina membuka penuh, hentikan putaran.
-. ukur celah yang diterbentuk dengan fuller gauge.
-. jika celah belum sesuai dengan ukuran idealnya, lakukan penyetelan dengan mengendurkan dua buah baut penyetelnya.

2. penyetelan timing pengapian/plat platina
bertujuan untuk mendapatkan awal membukanya kontak patina menyesuaikan dengan tanda "F" di magnet pada posisi kompresi.
carannya :
-. putar magnet searah putaran mesin sampai pada posisi top kompresi.
-. putar kembali magnet berlawanan arah dengan putaran mesin sekitar +/- 45 derajat.
-. putar kembali magnet searah putaran mesin perlahan, sambil memperhatikan gerakan dari kontak platina, kemudian ketika kontak platina mulai membuka hentikan putaran, kemudian dilihat tanda huruf "F" sesuai dengan tanda penyesuaian.
-. jika belum tepat, lakukan penyetelan dua baut pada piringan kemudian digerakkan ke kanan-kiri sampai tepat.


Berpuasa di Bromo = ?

Selama di Pare, saya menyempatkan diri mengunjungi salah satu objek wisata yang cukup terkenal di Jawa Timur. Yang menariknya, Bromo merupakan salah satu gunung berapi yang masih aktif. Pada awalnya bermula dari rasa jenuh, saya mengajak teman satu kost-an di Pare untuk main ke Malang. Berhubung teman satu les ada yang berdomisili di Malang, akhirnya saya dan teman-teman berangkat. Sesampai di Malang sebenarnya kami tidak ada rencana sama sekali. Tapi gara-gara celetukan salah satu teman, rasa penasaran-pun lagi-lagi muncul. "Di Malang ada apa?" saya dan teman-teman bingung mau kemana, ada yang maunya ke Pulau Sempu, ada yang mau ke gunung. Setelah berunding, akhirnya kami memutuskan untuk ke Bromo.

Kesana naik apa? Kamipun bingung lantaran buta informasi. Akhirnya, hasil perundingan memutuskan untuk rental mobil, ini dikarenakan kita semua minim persiapan. Satu masalah lagi timbul, biasa....masalah klasik. Duit! Uang yang ada dikantong-pun pas-pasan. Tanpa pikir panjang, kamipun sepakat untuk bermalam di mobil. 

Berangkat habis Dzuhur dari Malang menuju Pasuruan, memakan waktu perjalanan kurang lebih 4 jam, sengaja memilih rute ke Pasuruan menuju Penanjakan karena jalannya lebih bagus (kan lagi puasa..hehehe). Kira-kira pukul 5 kamipun sampai ditempat yang dituju. Tapi ada satu keanehan yang saya lihat sesampai disana. Berhubung saya beragama Islam (*maaf, bukan maksud apa-apa) saya melihat kejanggalan, saya tidak melihat Masjid, kalaupun ada itu jauh. Dan juga saya melihat, mulai dari anak kecil sampai orang tua tidak ada yang berpuasa. Loh, mengapa??? Ini kan bulan puasaaa? 

Akhirnya rasa penasaran ingin bertanya semakin besar. Sesampai saya ditujuan, saya sengaja mampir di warung untuk sekedar ngobrol dan bertanya-tanya pada masyrakat setempat. Setidaknya dapat menjawab rasa penasaran dan merasakan berbaur dengan masyarakat setempat. "Kami disini mayoritas beragama Hindu mas!" jawab salah seorang pemuda setempat. 

Tapi yang membuat saya kagum lanjutan dari perkataannya "Tapi mas tenang aja, kalau mas-nya puasa nanti kami kasih tau waktu berbuka dan waktu shalat-nya...Soalnya disini masjid jauh mas." Akhirnya rasa penasaran saya terjawab. Ternyata masyarakat suku Tengger sebagai penduduk asli daerah Gunung Bromo beragama Hindu. 

Waaaah.... Alangkah bersyukurnya saya hidup dan tumbuh besar di negeri ini. 


Dan menurut informasi yang saya dapat, area Taman Nasional Bromo ini mencakup 50.273.30 hectare dataran tinggi yang dipenuhi dengan pegunungan dan hutan yang subur. Kawasan taman nasional ini terbagi dalam 4 kabupaten yaitu : Malang,Pasuruan,Probolinggo,Lumajang. Jadi akses masuk bisa di temukan dari 4 kabupaten tersebut.
Letaknya di antara 1000-3676 M diatas permukaan laut (asl = above sea level). Temperature berkisar antara 3 - 20 derajat Celcius. Yaaah..cukuplah untuk membuat tubuh saya membeku. 


Haripun semakin malam, tawa canda, keramah-tamahan, dan sapa hangat penduduk setempat membuat saya larut dan menghangatkan dinginnya malam. Waktu sahurpun tiba, saya dan teman-teman berniat untuk berpuasa sebelum melanjutkan perjalanan menuju Gunung Bromo untuk berburu sunrise. Setelah makan sahur selesai, saya dan teman-teman menyewa kendaraan masyarakat setempat menuju Bromo, jika orang kebanyakan menaiki jeep, saya dan teman-teman menyewa motor. Kebayangkan serunya bawa motor di lintasan pasir? Tiga kali jatuh, itu masih untung! hahahaha












Sayangnya saya keburu balik... padahal lusanya ada upacara Kasodo. Bagi suku Tengger, Gunung Brahma (Bromo) dipercaya sebagai gunung suci. Setahun sekali masyarakat Tengger mengadakan upacara Yadnya Kasada atau Kasodo. Upacara ini bertempat di sebuah pura yang berada di bawah kaki Gunung Bromo utara yakni Pura Luhur Poten Bromo dan dilanjutkan ke puncak gunung Bromo. Upacara diadakan pada tengah malam hingga dini hari setiap bulan purnama sekitar tanggal 14 atau 15 di bulan kasodo (kesepuluh) menurut penanggalan Jawa.

Tapi gapapa, walaupun tidak bisa menikmati dan melihat secara langsung prosesi upacara, saya cukup bahagia karena ada yang jauh lebih berarti. Pertama, saya bisa berpuasa dan berbuka di Bromo. Kedua, saya merasakan berbaur denga masyarakat suku Tengger sesungguhnya dan bercanda sepanjang malam.... Ahh... INDONESIA!!!!




Dari Jombang Menuju Lombok (part I)

Setelah puas wara-wiri di Kediri saat puasa 2011, sayapun berencana balik ke Bandung. Tapi, berhubung saya tidak mudik dan teman-teman yang di Bandung balik ke Kampungnya masing-masing, saya memutuskan untuk lanjut ke timur.. Kapan lagi, ya kaaan?



Bermula dari tawaran seorang teman, saya memulainya dari stasiun Jombang. Berangkat naik kereta Sritanjung menuju Banyuwangi (24 ribu), tapi berhubung arus mudik saya tidak mendapatkan tempat duduk dan menikmati nongkrong di depan toilet sampai Banyuwangi... Alamak!
Setiba di Banyuwangi (Ketapang), saya lanjut menyeberang ke Gilimanuk, Bali (6 ribu). Setiba di Gilimanuk, langsung menuju Terminal Ubung Denpasar (20 ribu). Setiba di Denpasar, saya menuju Pelabuhan Padang Bai menggunakan bis berukuran sedang (40 ribu). Setelah sampai di pelabuhan Padang Bai, sayapun langsung menyeberang menuju Lombok (36 ribu).



Setiba di Lombok ngapain yah? hmmmm...







Ngapain? Ngapain? Awal perjalanan saya bermula dari rumah kerabat yang berada di Ampenan, yang lokasinya tidak jauh dari kota Mataram. Pada hari pertama, saya diajak pergi menuju Pantai Kuta, yang berlokasi di Desa Kuta Kabupaten Lombok Tengah Nusa Tenggara Barat. Selama perjalanan saya melewati jalan yang berliku dan sebuah perkampungan Suku Sasak yang notabene suku penduduk asli masyarakat Lombok. Sungguh luar biasa, sangat mengesankan! Warna biru gradasi hijau tosca tak henti-hentinya memanjakan mata saya. Beruntung sekali bisa kesini!






Saya ga mau pulaaaaaang....! Jujur, mungkin itu itulah yang saya rasakan. Tapi, apa boleh buat, akhirnya waktu yang memisahkan. Entah kapanpun, saya akan kembali lagi kesana secepatnya. Amin! Setelah menikmati indahnya pantai Kuta, keesokan harinya saya ke arah Senggigi menuju Bukit Malimbu. Lagi-lagi dan tak bosan-bosannya, mata saya dimanjakan oleh lukisan Tuhan yang sungguh luar biasa. 




Menikmati pemandangan di Lombok memang tidak ada habisnya, beruntung saya juga sempat merasakan berpuasa dan berlebaran di kampung orang. Tapi lebih menyedihkan disaat saya jauh dari keluarga dan kerabat dekat di hari yang spesial. Bagaimanapun kenyataannya! Yap, cerita belum selesai.. karena, keesokan harinya saya berangkat menuju Gili Trawangan... Gili Trawangan, I'm comiiiiiing...!