Dari perjalanan seorang teman, mereka banyak bercerita tentang indahnya kota Yogyakarta. Karena saya seorang yang jarang jalan-jalan dan belum pernah kesana, saya cuma bisa membayangkan..... Miris!
Mungkin ini kesempatan saya berbagi cerita pada dunia betapa bangganya saya jadi bagian dari Indonesia dan mungkin salah satu caranya melalui blog ini saya bisa berbagi. Semua berawal dari rasa penasaran dari teman-teman yang bercerita tentang nikmatnya sebuah perjalanan. *biasa laaah... Namanya teman kan pada suka manas-manasin. Tapi bagi saya, sebuah perjalanan bukan untuk diperlombakan, melainkan salah satu cara menikmati hidup dan sebagai modal untuk bercerita tentang sebuah pengalaman dimasa muda. Syukur-Syukur saya bisa menempuh perjalanan sepanjan khatulistiwa yang membentang.
Bagi kita yang awam, apa yang terlintas dalam benak kita ketika mendengar kata Yogyakarta? Pastinya tidak jauh dari Keraton, Malioboro, ada juga yang membayangkan Candi Prambanan, bahkan Borobudur *waduh! (dulunya saya juga gitu kok! hehehehe). Dan sayapun mulai mencari info tentang Yogyakarta, mulai dari gooling sampai bertanya pada teman yang udah kesana dan teman yang asli Jogja.
Setelah dapat kesempatan, saya pun mencoba berjalan untuk mengobati rasa penasaran. Ya! Saya ke Jogja, packing...packing...packing...hehehehe
Dari Bandung saya berangkat jam 8 naik kereta bisnis Lodaya Malam, betapa katroknya saya karena ini pengalaman pertama saya naik kereta selama di Bandung hahahaha. Setelah menempuh kurang lebih 9 jam perjalanan, saya pun sampai di Jogja tepatnya di Stasiun Tugu. Dan sesampai Stasiun Tugu, berjalan kaki menuju Jl. Malioboro (kan deket...hehhe) sambil menikmati pemandangan dimana masyarakat setempat mengawali aktivitas dan rutinitasnya sehari-hari. Sayapun bertanya-tanya sendiri, tujuan saya kesini mau ngapain? mau kemana lagi nih?!
Menginap di Kaliurang km13, tempat teman anak Pekanbaru yang kuliah di UIN Jogja. Berhubung sama teman, saya dapat kemudahan untuk pergi ketempat-tempat yang biasa dikunjungi wisatawan lokal, maupun mancanegara. Mulai dari Nol kilometer kota Yogyakarta, Taman Sari, Keraton, atau Beringin Sakti yang notabene kurang menarik buat saya. Justru saya lebih menikmati suasana berbaur dengan penduduk setempat dan mengunjungi tempat-tempat yang umum oleh penduduk lokal, tapi asing bagi pendatang. Agak terkesan sombong memang, tapi semua itu semata-mata hanya untuk melaksanakan tujuan awal, menikmati perjalanan dengan cara sendiri karena perjalanan bersifat pribadi bukan? hehehe
"Di jalanan.. Di Sayidan.... Angkat sekali lagi gelasmu kawan!!" (kata lagu Shaggydog)
Berhubung saya belum pernah ke Jogja, saya cukup penasaran dengan tempat ini. Pada dasarnya cerita ini datang bukan dari Shaggydog melainkan dari kawasan dimana band ini kerap meluangkan waktunya. Adalah Sayidan nama tempat itu, sebuah kampung kecil yang terletak di pinggir Kali Code, Jogja. Sayidan adalah sebuah kampung kecil yang begitu “eksotis” buat saya. Disana terangkum beragam manusia. Dari mulai Pak Mojo si ketua RT yang religius tapi juga memiliki sebuah tato di lengannya. Kemudian Mas Adit yang merupakan seorang Doggies (sebutan penggemar Shaggydog) yang kerap menuangkan air kedamaian namun tampak seperti anak kecil tatkala menonton konser. Rumahnya pun banyak dihiasi oleh atribut keagamaan dan birokrasi negara, patung bunda maria berjejer dengan sebuah gambar presiden SBY di rumah seorang Doggies, hanya akan terjadi di kampung Sayidan kawan.
Puas dengan sedikit jawaban dari rasa penasaran, lalu saya diajak mencicipi kopi oleh temen saya yang terdapa dikawasan selokan Mataram. Ngopi pake arang yang dicelupin kedalam gelas, atau lebih dikenal dengan Kopi Joss? Biasa! Lalu?
Saya diajak nyobain Kopi Klotok dibelakang kampus UNY. Hah?!! Apa istimewanya? Bentuknya tak jauh beda dengan kopi biasa, cuma yang membedakan adalah kopi ini diseduh dengan air panas yang ditambahkan alkohol. Mungkin bagi sebagian penikmat kopi, kopi jenis ini haram. Tapi buat ngobatin rasa penasaran, saya mutusin untuk nyoba. Ternyata bener apa kata teman saya, sensasinya luar biasa! Ngopi yang biasa bikin mata melek, ini malah sebaliknya. Satu gelas yang strong cukup bikin saya puyeng yeng...yeng..yeng. Gimana ga puyeng coba, minum kopi panas dicampur alkohol yang disruput, sama aja minum tequilla pake sedotan! Yaaah, walaupun malam itu susah dibikin susah melek karena itu kopi, tapi setidaknya rasa penasaran saya terobati lantaran itu kopi. EKSOTIS!
Esoknya, saya berangkat menuju Bantul yang terkenal dengan Pantai Selatan. Parangtritis? Iya, tapi objek saya bukan kesana. Nah loh, lalu apa? Gumuk Pasir.
Gumuk Pasir? Gumuk Pasir atau Sand Dune merupakan sebuah bentukan alam karena proses anging disebut sebagai bentang alam eolean (eolean morphology). Angin yang membawa pasir akan membentuk bermacam-macam bentuk dan tipe gumuk pasir. Istilah gumuk sendiri berasal dari bahasa Jawa yang berarti gundukan atau sesuatu yang menyembul dari permukaan yang datar. Secara morfoganesa (proses terjadinya gumuk pasir), terjadinya Gumuk Pasir di sepanjang Pantai Parangtritis tak bisa lepas dari keberadaan Gunung Merapi, Gunung Merbabu, Kali Opak, Kali Progo, dan Pantai Parangtritis.
Gumuk Pasir memiliki keunikan lain, salah satunya perubahan temperatur yang ekstrem dari siang hari ke malam hari. Di siang hari, Gumuk Pasir akan berudara sangat panas sementara sangat dingin di malam hari, persis seperti temperatur di gurun Sahara. Fenomena unik seperti ini hanya ada satu-satunya di Indonesia. Masyarakat sekitar mengira Gumuk Pasir hanyalah fenomena alam biasa. Padahal, banyak ahli-ahli geologi dan geografi yang datang ke Gumuk Pasir untuk meneliti fenomena tidak biasa ini. Gumuk Pasir selain menjadi tempat wisata, kini juga menjadi pusat penelitian. Bahkan, Gumuk Pasir rencananya akan dimasukkan ke Situs Warisan Dunia UNESCO. Keindahan dan keunikan fenomena Gumuk Pasir menjadi inspirasi banyak fotografer untuk mengambil gambar. Gumuk Pasir bahkan pernah menjadi lokasi syuting video klip artis Agnes Monica dan band Letto.
Setelah puas berjalan-jalan menikmati sisi lain keindahan Yogyakarta, karena ga punya cukup waktu berlama-lama sebab saya harus ngelanjutin perjalanan ke Kediri. Tapi, setidaknya rasa penasaran saya terobati....
Kediri, I'm comiiiiiiiing.........!!!!