Sejuta kenangan di Pare


Ya, Setelah beberapa hari keliling kota Yogyakarta, saya melanjutkan perjalanan sesuai dengan tujuan utama saya. Pare! Mungkin bagi sebagian kita asing mendengar kata tersebut, apalagi bagi saya yang asli keturunan Padang yang berdarah Minang. Pare adalah sebuah kampung dimana banyak terdapat lembaga Bahasa Inggris, oleh sebab itu kita lebih sering mendengar Kampung Inggris.

Menuju Jombang

Dari Jogja saya naik kereta api bisnis Sancaka Pagi jurusan Surabaya, dan turun di stasiun Jombang. Setiba di Jombang, saya melanjutkan perjalanan menuju Pare. Karena ga tau jalan sama sekali, dan buta peta, ga ada jawaban lain selain rajin bertanya. Setelah bertanya sana-sini, dan ternyata tidak ada bus dari Jombang langsung menuju Pare. Saya disarankan naik bus jurusan Jombang - Malang, akhirnya saya naik bus "Puspa Indah" dengan tarif Rp. 4000,- sampai ke pertigaan Pulorejo.  Lagi-lagi bertanya! dan harus nyinyir. Saya bertanya lagi pada tukang ojek setempat, dan beliaupun menyarankan saya naik bus dari arah Malang tujuan Kota Kediri yang melewati Pare. Sejenak menunggu, bus "Puspa Indah" jurusan Kediri - Malang pun datang. Dengan tarif Rp. 3000,- saya turun diperempatan Tulungrejo, saya naik becak menuju Kampung Inggris dengan tarif Rp. 7000,- sayapun lega, karena sedikit lagi saya sampai di kampung yang bernama Kampung Inggris.. Lagi-lagi penasaran!

Di pare banyak hal yang tak terlupakan bagi saya. Mulai dari mendapat teman baru, suasana baru, hingga tata bahasa yang cukup asing buat saya. Semua masih berbekas dalam memori saya ketika bersepeda keliling kampung yang tenang, bermain layang-layang, sampai mengunjungi objek-objek wisata yang ada disana. Ya, menggunakan sepeda yang saya sewa Rp. 50.000,- per bulannya.

KTP sebagai jaminan


Dimulai dari Goa Surowono, yaitu goa bawah tanah yang terdapat aliran air didalamnya. Konon kata penduduk setempat, goa tersebut peninggalan Kerajaan Majapahit. Sayang, tidak semua goa yang dapat dilalui karena alasan keamanan dan ada sebagian pintu yang sudah ditutup dari zaman Jepang. Setelah kurang lebih 1 1/2 jam bejalan menelusuri goa, sayapun melanjutkan perjalanan menuju Candi Surowono. Bangunan candi merupakan hasil karya peninggalan sejarah sebagai tempat penyucian Raja Wengker, salah satu raja pada masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk dari Mojopahit. Dibangun pada abad ke-15, Candi Surowono memiliki banyak keunikan. Baik dari segi arsitektu maupun relief yang menggambarkan cerita Arjuna Wiwaha, Bubhuksah, Gagang Aking, dan Sri Tanjung. Sayang, bagian yang masih utuh dari candi ini hanya tinggal kaki dan tubuhnya. Bagian atapnya sudah rusak dan runtuh. Huaaaaaaaaaah... Senang rasanya, dan tidak mengira bisa sampai ditempat seperti ini. Bangga jadi bagian dari Indonesia!


Candi Surowono

Goa Surowono

Anak layangan

Sebuah kejutan dari merekan yang dinamakan "TEMAN"



Setelah puas bersepeda mengitari Surowono, sayapun balik menuju penginapan. Selama saya di Pare, terlalu banyak pengalaman yang susah untuk saya lupakan. Suasana, teman, sampai keramah-tamahan masyarakat Pare. Jujur, pengalaman seumur hidup saya dapatkan ketika di Pare dengan bersepeda menuju Monumen Simpang Lima Gumul, dan itu saya lakukan ketika bulan puasa sembari menunggu bedug berbuka. Masih berbekas jelas dalam ingatan saya, kost dirumah seorang Polisi dengan kumis Jantan dan tato bergambarkan wajah putrinya dilengan kanan. Bermain layangan di Stadion "Candra Birawa" yang merupakan stadion kebanggaan masyarakat Pare yang digunakan muda-mudi berpacaran pada malam harinya sembari menunggu bedug berbuka. Belum lagi berkenalan dengan teman satu kost-an yang berbeda daerah satu sama lain yang akrabnya sudah seperti berteman lebih dari sepuluh tahun. Dan yang paling berkesan adalah sebuah kejutan dari teman satu kost-an pada saat hari ulang tahun saya, sungguh tak bisa dilupakan! Di kampung kecil seperti Pare saya masih bisa merasakan sebuah kehangatan arti dari persahabatan...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar